GayaKeren.id – Selama tahun 2017, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melahirkan beragam inovasi bahkan ada yang masuk ke ranah industri. BPPT mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan hasil badan layanan umum (BLU) dengan beragam inovasi itu mencapai Rp 200 miliar.

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, penguasaan teknologi dan inovasi menjadi kata kunci bagi BPPT. Hal ini sebagai sarana untuk mendorong peningkatan potensi tingkat kandungan dalam negeri menuju kedaulatan bangsa.

“BPPT selalu berupaya agar inovasi dan layanan teknologi memiliki peran strategis dan mendorong peningkatan kompetensi daya saing nasional dan percepatan pembangunan nasional,” katanya dalam acara Capaian Akhir Tahun 2017 BPPT di Auditorium BPPT, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selama tahun 2017 BPPT telah melahirkan beragam capaian inovasi di antaranya inovasi teknologi produksi garam, sistem navigasi penerbangan nir radar berbasis ADS-B, implan tulang berbahan lokal, pengolahan emas non merkuri, inovasi pesawat udara nir awak (drone) hingga inovasi coating untuk buah mangga yang bisa membuat segar hingga empat minggu.

Dalam hal layanan teknologi, BPPT juga turut dilibatkan dalam pra studi kelayakan kereta api Jakarta-Surabaya. Terkait hal ini lanjut Unggul, BPPT memberikan sejumlah opsi yakni memanfaatkan rel yang ada, membuat rel berstandar atau membuat rel benar-benar baru dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Namun biayanya lebih mahal 2-3 kali lipat.

Selain itu, BPPT juga turut berkontribusi dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan melalui operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan. BPPT juga aktif dalam survei kelautan dengan menggunakan kapal riset Baruna Jaya BPPT.

Dalam kesempatan itu, BPPT juga melakukan penandatanganan kesepakatan bersama dengan Pemprov DKI Jakarta terkait rencana pilot project pembangkit listrik tenaga sampah di tempat pengelolaan sampah terpadu Bantar Gebang di Bekasi yang dikelola Pemprov DKI Jakarta.

Pilot project PLTSa ini akan mempunyai kapasitas 50 ton per hari dengan menghasilkan listrik 400 kilowatt. Pilot project PLTSa ini diharapkan menjadi model alternatif pengolahan sampah bagi kota besar di Indonesia yang memiliki kendala dalam menyiapkan lahan.

Selain itu, melalui pilot project ini dapat menjadikan percontohan bagi kota-kota lain untuk melakukan pengelolaan sampah yang cepat, mereduksi sampah secara signifikan, ramah lingkungan dan menghasilkan listrik.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *