GayaKeren.id – Setiap orang selalu merasa penting untuk menjaga kesehatan. Mengurangi kontak (langsung atau tidak langsung) dengan penderita flu misanya sering dilakukan supaya terhindar dari tertularnya virus flu. Meski sering dianggap remeh, penyakit ini mudah sekali menular. Namun bagaimana dengan penyakit psikis seperti pikiran negatif. Bisakah ia menular ke orang lain?

Dr Natalia Widiasih, SpKJ (K), MPdKed, dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Cipto Mangunkusumo, seperti dikutip dari Intisari mengatakan tidak memungkiri, pikiran negatif ternyata bisa menular. Terlebih jika kita dalam kondisi mood yang kurang baik (bad mood).

Salah satu contohnya adalah pada saat orang-orang yang suka berbicara kotor, merendahkan orang lain, bergosip, dan sering mengeluh. Secara tidak langsung, hal itu dapat mempengaruhi diri tiap individu. Kita akan ikut merasa negatif atau lelah setiap kali mendengar keluhan atau kejelekan yang dilontarkan “Solusinya cuma dua, yakni menghindari mereka yang berpikir negatif agar tidak tertular atau menasehatinya dengan baik tanpa emosi,” saran Natalia.

Dalam jurnal Clinical Psychological tertulis bahwa faktor lingkungan memang punya peran cukup besar dalam memengaruhi cara kita menilai dan menyikapi sesuatu. Dan cara orang-orang sekitar menyikapi situasi yang membuat stres, baik positif maupun negatif, dapat menular.

Fenomena seperti ini terjadi dalam masa transisi, seperti dari masa remaja ke dewasa. Pasalnya, pada masa ini seseorang dinilai lebih mudah dipengaruhi oleh cara berpikir orang di sekitarnya.

Dalam laman Live Science pada 2013 mengungkapkan, pikiran negatif dapat meningkatkan risiko depresi. Penelitian itu melibatkan 103 pasang mahasiswa baru yang menempati kamar yang sama. Peneliti menganggap, pada usia mahasiswa, orang cenderung lebih besar tertular pikiran negatif atau kerentanan kognitif.

Hasilnya ditemukan, mereka yang memiliki kerentanan kognitif yang tinggi lebih berisiko mengalami peningkatan risiko depresi. Para peneliti menemukan, kerentanan kognitif yang dialami para partisipan dipengaruhi oleh teman sekamarnya yang tak lain adalah orang di sekitarnya.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *