Gayakeren.id – Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ketahanan dan keanekaragaman pangan, Yayasan KEHATI kembali menggelar Forum Bumi edisi kedua. Dengan tema “Bagaimana Masa Depan Ketahanan dan Keanekaragaman Pangan Indonesia?”, forum ini menjadi ajang diskusi interaktif yang melibatkan jurnalis dan komunitas terkait isu lingkungan serta tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan pangan yang berkelanjutan.
Irfan Martino, S.Si., M.S., Koordinator Bidang Pangan dari Kementerian PPN/Bappenas, menyampaikan bahwa strategi ketahanan pangan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 sangat penting untuk menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat. “Kita harus memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil mampu menghadapi tantangan global dan menjaga kedaulatan pangan Indonesia,” ungkap Irfan.
Sjamsul Hadi, S.H., M.M., Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, menyoroti peran vital masyarakat adat dalam menjaga kedaulatan pangan dan keanekaragaman hayati. “Masyarakat adat memiliki pengetahuan lokal yang berharga dalam menjaga ekosistem dan keberagaman pangan. Oleh karena itu, peran mereka harus dihargai dan dilibatkan dalam setiap kebijakan terkait pangan,” jelasnya.
Dalam sesi diskusi lainnya, Said Abdullah, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, menekankan pentingnya kemandirian pangan nasional. “Petani lokal menghadapi tantangan besar, seperti perubahan iklim dan ketergantungan pada impor. Kita perlu mendukung mereka agar dapat memenuhi kebutuhan pangan domestik tanpa mengorbankan kualitas dan keberlanjutan,” katanya.
Puji Sumedi Hanggarawati, Manajer Program Pertanian Yayasan KEHATI, menambahkan bahwa pertanian berkelanjutan adalah kunci untuk menciptakan keseimbangan dalam sistem pangan. “Dengan pendekatan yang inklusif, kita tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga memastikan ketahanan pangan jangka panjang. Ini adalah tanggung jawab bersama yang harus diemban oleh semua pihak,” pungkasnya.
Indonesia, sebagai negara agraris, dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk perubahan iklim dan kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung petani lokal. Pemerintah, melalui Kementerian PPN/Bappenas, telah menyusun rencana jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. “Kita harus berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi untuk mendukung petani lokal,” ujar Irfan.
Dari sisi distribusi, tantangan infrastruktur logistik yang belum merata sering kali mengakibatkan disparitas harga antara daerah perkotaan dan pedesaan. “Memperkuat kelembagaan lokal dan mendukung petani dalam menciptakan jaringan distribusi yang efisien adalah langkah penting untuk mengatasi masalah ini,” kata Said.
Konsumsi juga menjadi tantangan utama, di mana masyarakat perlu didorong untuk memilih produk pangan lokal yang sehat dan berkelanjutan. “Kampanye edukasi sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat produk lokal,” tambah Puji.
Forum Bumi diharapkan menjadi jembatan antara berbagai pemangku kepentingan untuk mencari solusi terbaik dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan. Puji Sumedi Hanggarawati menutup diskusi dengan optimisme. “Melalui kerja sama yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, kami yakin Indonesia dapat mencapai kedaulatan pangan yang berkelanjutan. Semua pihak perlu bergerak bersama untuk memenuhi kebutuhan pangan generasi masa depan tanpa merusak keanekaragaman hayati.”
Dengan adanya forum ini, diharapkan publik semakin memahami pentingnya menjaga ketahanan pangan dan mendukung pertanian berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik. Forum Bumi edisi kedua ini bukan hanya sekadar wadah diskusi, tetapi juga gerakan nyata untuk mewujudkan ketahanan dan keanekaragaman pangan di Indonesia. Mari kita bergandeng tangan untuk menciptakan ekosistem pangan yang kuat dan mandiri.