PRENAGEN dan Klikdokter mendukung BKKBN Mencegah Stunting di Indonesia

GayaKeren.idKALBE Nutritionals melalui salah satu produk unggulannya di kategori nutrisi kehamilan dan menyusui di Indonesia yaitu PRENAGEN, menaruh perhatian khusus dan tergerak untuk berpartisipasi aktif pada penurunan angka stunting, yang kasusnya masih tinggi di Indonesia. Sebagai wujud nyata keseriusan dalam pencegahan stunting, PRENAGEN bekerja sama dengan Klikdokter yang merupakan situs portal komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan bagi komunitas medis dan publik, mendukung Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan percepatan penanganan kejadian stunting di Indonesia. Program kolaborasi BKKBN, PRENAGEN, dan Klikdokter yang bertajuk “Smart Sharing: Program Kerja Sama Penurunan Angka Stunting di Indonesia” ini akan melakukan serangkaian kegiatan edukasi online maupun offline yang menjangkau dan melibatkan bidan di seluruh Indonesia, serta melakukan pilot project studi observasional dan program intervensi gizi untuk pencegahan stunting di beberapa daerah di Indonesia.

Berbicara di acara peluncuran kerja sama tersebut di BKKBN Jakarta (04/05), Sinteisa Sunarjo, Group Business Unit Head Woman Nutrition KALBE Nutritionals menyampaikan kepedulian PRENAGEN terhadap penanganan stunting di Indonesia. “Mengingat kompleksitas masalah stunting di Indonesia, dibutuhkan sinergi semua pihak untuk mengatasi stunting. Terkait fakta kasus stunting tersebut, PRENAGEN bersama-sama dengan Klikdokter ingin berkontribusi dan mendukung pemerintah melalui kerja sama dengan BKKBN. Untuk itulah, BKKBN, PRENAGEN, dan Klikdokter menjalin kemitraan strategis untuk mempercepat upaya penurunan angka kasus stunting,” papar Sinteisa Sunarjo.

Kondisi stunting atau gagal tumbuh pada anak sangat terkait dengan gizi penduduk yang buruk dalam periode cukup panjang. Tanpa penanganan serius akan semakin banyak penduduk yang dewasa dan menua dengan perkembangan kemampuan kognitif yang lambat, mudah sakit dan kurang produktif.

Masa 1.000 hari pertama atau sekitar tiga tahun kehidupan sejak masih dalam kandungan, merupakan masa penting pembangunan ketahanan gizi. Lewat dari 1.000 hari, dampak buruk kekurangan gizi akan sulit diobati. Kekurangan gizi pada ibu hamil juga bisa memicu stunting. “Nutrisi memang mengambil peran penting yang perlu menjadi perhatian lebih bagi calon orang tua baik sejak masa perencanaan, kehamilan, hingga menyusui. Kami sebagai penyedia produk nutrisi untuk ibu hamil, sangat menaruh perhatian dan mendukung pemberian nutrisi terbaik pada 1.000 hari pertama kehidupan, terutama nutrisi makro dan mikro yang penting dikonsumsi,” lanjut Sinteisa.

Penyebab tingginya angka stunting di Indonesia dikarenakan juga sebagian kelahiran bayi di Indonesia sudah dalam kondisi kekurangan nutrisi, lalu dibesarkan juga kurang zat gizi. Adapun faktor yang menyebabkan stunting, bisa berasal dari faktor eksternal seperti buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan, serta faktor internal yaitu kekurangan gizi kronis yang bisa menyebabkan abortus, anemia pada bayi baru lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah, cacat bawaan, hingga kematian. Kekurangan gizi kronis pada anak akan menimbulkan persoalan serius dalam pembangunan sumber daya manusia di masa depan.

Presiden Joko Widodo pada Januari 2021 lalu menargetkan pada tahun 2024 kasus stunting di Indonesia bisa ditekan hingga berada di angka 14% dan angka kematian ibu bisa ditekan hingga di bawah 183 kasus per 100.000 ibu melahirkan.

Program “Smart Sharing” ini dimulai pada April 2021 dan bertujuan memberikan edukasi seluas-luasnya kepada masyarakat bagaimana mempersiapkan ketahanan kesehatan keluarga untuk mencegah stunting, menurunkan angka kematian ibu melahirkan, dan menurunkan angka kematian bayi. Secara garis besar, program ini akan menggelar 3 jenis kegiatan, yaitu edukasi secara online, edukasi secara offline, dan program intervensi gizi di 2 kabupaten/kota. Untuk kebutuhan ini, Klikdokter menggunakan sarana aplikasi KlikKB sebagai hub atau pusat komunikasi yang digunakan program ini.

Adapun KlikKB merupakan aplikasi terkait perencanaan kehamilan, hamil, tumbuh kembang anak, penggunaan kontrasepsi, dan konsultasi gratis dengan bidan-bidan secara online. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur untuk para bidan, ibu hamil, dan ibu dengan batita. Semua fitur yang ada disediakan guna mengontrol kondisi janin dan nutrisi anak untuk membantu meminimalisasikan risiko stunting.

Turut berbicara di penandatanganan kesepakatan, Bonny Mateus Anom, Direktur PT Medika Komunika Teknologi (Klikdokter) menjelaskan kesiapan dan dukungan terhadap program ini. “Program ini sangatlah penting karena edukasi perlu dilakukan secara massif kepada sebanyak mungkin perempuan di Indonesia. Edukasi yang akan diberikan antara lain mengenai pentingnya pengetahuan seputar masa persiapan, masa hamil dan masa menyusui, serta edukasi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya stunting, kematian ibu melahirkan, dan kematian bayi’ jelas Bonny.

Selain melalui aplikasi KlikKB, edukasi akan disampaikan melalui masing-masing media digital yang dimiliki PRENAGEN, BKKBN, dan Klikdokter, baik di website maupun media sosial, serta secara offline di klinik-klinik dan melalui bidan-bidan. Edukasi secara daring termasuk infografis dan video edukasi akan dilakukan secara berkala di aplikasi KlikKB, serta situs dan kanal media sosial yang dimiliki BKKBN, PRENAGEN, dan Klikdokter. Selanjutnya, kolaborasi ini juga akan menggelar rangkaian webinar untuk komunitas bidan dan masyarakat secara umum, serta sejumlah kegiatan Social Media Live untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap stunting.

Studi observasional dan program intervensi gizi bertujuan membantu memberikan asupan bernutrisi kepada ibu yang sedang hamil, ibu menyusui, dan bayi usia 6-9 bulan dan mengukur seberapa efektif pengaruhnya terhadap kesehatan ibu dan perkembangan janinnya, serta tumbuh kembang bayi. Pilot project studi observasional dan intervensi gizi untuk mencegah stunting telah diluncurkan secara simbolis oleh Kepala BKKBN Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) bersama KALBE Nutritionals dan Klikdokter di Godean, Kabupaten Sleman pada 12 April 2021 lalu, disaksikan Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani, dan Kepala Dinas P3AP2KB Sleman Mafilindati Nurani. Selanjutnya, studi observasional dan program intervensi gizi ini akan berlangsung hingga Januari 2022, di Kabupaten Sleman dan Kota Madiun.

Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), Kepala BKKBN dalam sambutannya menegaskan komitmen BKKBN menurunkan angka kasus stunting di Indonesia.  “Stunting harus ditekan dari hulu ke hilir mulai dari program edukasi hingga intervensi gizi untuk mencegah anak gagal tumbuh. Program edukasi penting agar anak tidak salah gizi dan yang juga harus diperhatikan adalah pengamatan terhadap kondisi gizi anak. Pandemi telah mengakibatkan kegiatan posyandu di banyak daerah terhenti, padahal selama ini Posyandu berperan besar sebagai langkah awal pengawasan gizi anak. Kami berharap kolaborasi ini menjadi cara alternatif agar gizi dan kesehatan anak di Indonesia terpantau,” ungkap dr. Hasto.

Di tempat yang sama, Ongkie Tedjasurja, President Director KALBE Nutritionals juga mengungkapkan harapannya. “Program perbaikan gizi ibu hamil, wanita usia subur, dan bayi pada akhirnya adalah investasi penting bagi masa depan bangsa. KALBE Nutritionals sendiri selalu berkomitmen menjadi penyedia nutrisi untuk setiap tahap kehidupan, mulai dari persiapan kehamilan, tahap perkembangan anak-anak, usia muda dan produktif, hingga kalangan senior atau lansia. Semoga inisiatif ini bisa didukung semua instansi agar bisa membawa hasil nyata bagi anak Indonesia dan kita harapkan juga angka stunting dapat turun sesuai dengan yang diharapkan,” ungkap Ongkie.

World Diabetes Day 2020, Empat Pilar Manajemen Diabetes

GayaKeren.idHari Diabetes Sedunia atau World Diabetes Day (WDD) yang diperingati setiap 14 Novembermerupakan kesempatan mengingat kembali bahwa diabetes masih perlu menjadi kepedulian masyarakat karena bisa menyebabkan komplikasi yang mempengaruhi kualitas hidup dan berisiko menyebabkan kematian. Diperingati di tengah pandemi COVID-19, pada WDD tahun ini Diabetasol menggelar seri mini edukasi virtual bertema “Empat Pilar Manajemen Diabetes di Era COVID-19” di 21 kota dan special sales programdi toko resmi KALCare di aplikasi Shopee pada 9-10 November 2020, kemudian dilanjutkan dengan program CSR bagi para caregiver dan tenaga kesehatan yang bekerja sama dengan PERSADIA dan Pandu Diabetes pada 14 November 2020, serta Journalist Writing Competition yang diadakan hingga 30 November 2020. 

Director of Special Needs & Healthy Lifestyle Nutrition KALBE Nutritionals Tunghadi Indramenyatakan KALBE Nutritionals melalui brand Diabetasol terus bersemangat melakukan program edukasi diabetes meskipun dihadang berbagai hambatan karena COVID-19. “Dikawal tim dokter profesional di berbagai kota, melalui program edukasi kali ini kami menawarkan pendekatan yang terbukti mampu mencegah atau menunda timbulnya risiko komplikasi diabetes tipe 2 melalui perubahan gaya hidup yang dapat dicapai dengan dukungan caregiveratau keluarga, terutama diterapkan di masa pandemi COVID-19. Kami berharap bahwa bersama Diabetasol, para penyandang diabetes (diabetesi) lebih mudah  menangani gejala diabetesnya dan bisa tetap hidup sehat,” ungkap Tunghadi Indra.

Ketua PERSADIA Nasional Periode 2017-2020 dan konsultan endokrin metabolik RS DR. Soetomo Surabaya Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, M. Kes., SpPD., K-EMD., FINASIM,mengakui segala aktivitas penanganan diabetes menjadi terhambat di tengah pandemi.  Interaksi intensif antara dokter dan tenaga medis dengan diabetes adalah salah satu kunci manajemen diabetes. Diabetesi memerlukan perubahan gaya hidup permanen, tetapi sayangnya masih ada beberapa diabetesi yang tidak menyadari hal tersebut, sehingga tatap muka dengan dokter tetap diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana pola hidup sehat telah diterapkan dan menguatkan motivasi dari diabetesi. 

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dari RSUP dr. Sardjito Yogyakarta,  dr. R. Bowo Pramono, Sp.PD-KEMD (K), FINASIM mengakui alternatif virtual ini menjadi kesuksesan tersendiri dalam peringatan WDD tahun ini. “Penggunaan medium virtual pada WDD tahun ini menggembirakan sekali karena mampu mengatasi berbagai keterbatasan yang kita hadapi saat ini. Tantangan ke depannya bagaimana kreativitas semacam ini bisa lebih intensif kita lakukan. Tidak cuma ketika WDD, tetapi di luar WDD juga harus sekreatif ini. Lalu perlu dipertimbangkan bagaimana melibatkan masyarakat lebih luas agar peduli diabetes. Diabetes yang terdeteksi ini kan baru jumlah kecil, di masyarakat itu sebenarnya jumlahnya bisa 2-3 kali lipat. Jika mereka bisa kita ajak mengikuti edukasi, kita bisa lebih mampu mencegah risiko komplikasi diabetes,” papar dr. Bowo. 

 Empat Pilar Manajemen Diabetes di Era COVID-19

Pertama, diabetesi harus menjalankan pola makan seimbang berupa asupan nutrisi diabetes yang tepat dengan kalori terukur. Diabetesi dianjurkan untuk  mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengandung karbohidrat baik yang memiliki indeks glikemik rendah, tinggi serat, vitamin, dan mineral untuk membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, memberikan ketersediaan energi lebih lama, dan memberi rasa kenyang lebih lama.

Kedua, aktivitas fisik untuk dapat menjaga kebugaran tubuh serta terhindar dari berbagai penyakit. Diabetesi  perlu memilih olahraga yang bersifat aerobik, seperti jalan cepat, jogging, bersepeda, dan berenang. 

Ketiga, minum obat sesuai anjuran dokter untuk mengontrol kadar glukosa darah. Namun mengonsumsi obat harus dalam pengawasan dan atas resep dokter. 

Keempat, edukasi kepada masyarakat mengenai diabetes.

Ditemui usai mini edukasi di wilayahnya,Ketua PERSADIA Sumbagut Dr. H. Syafruddin Ritonga, mengaku inisiatif Diabetasol ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat akan diabetes, terlebih bagi diabetesi. “Bagaimanapun, masih ada 50 persen masyarakat yang belum paham diabetes karena kurangnya pengetahuan. Umumnya, mereka mengetahui diabetes setelah terdeteksi dan berkonsultasi dengan dokter. Tak jarang mereka baru sadar setelah terjadi komplikasi. Padahal, bila diketahui sejak awal, kondisi komplikasi bisa dicegah. Selain itu, harus diakui juga kepedulian masyarakat tentang kesehatan masih minim. Di sisi lain, diabetesi banyak yang rendah diri karena merasa tidak memiliki harapan hidup dan menyusahkan orang lain. Padahal, bila mau berusaha mengubah pola hidup semakin sehat, diabetesi dapat menjalani kehidupan normal. Selain itu, peran keluarga sangat penting dalam membantu dan menjaga motivasi diabetesi,“ papar Dr. Ritonga. 

Sebagai puncak momen peringatan WDD tahun ini, pada 14 November 2020 Diabetasol menyalurkan donasi Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker dan hand sanitizerserta produk nutrisi diabetes untuk perlindungan terhadap diabetes selama pandemi COVID-19 senilai total Rp 500 juta bagi para caregiver yang berada di komunitas maupun rumah sakit. Donasi diberikan kepada PERSADIA, Pandu Diabetes, dan sekitar 850  caregiver(update per 16 November 2020) di berbagai area yang aktif melakukan edukasi diabetes.  

“Sebagai produsen nutrisi khusus untuk diabetes, Diabetasol berkomitmen terus memberikan edukasi diabetes pada masyarakat secara komprehensif sehingga dapat menekan jumlah risiko komplikasi dan angka kematian akibat diabetes. Saat ini kami mencoba menyajikan berbagai informasi seputar diabetes dapat diakses daring sepanjang waktu di https://diabetasol.com/id.  Khususnya di tahun ini dan selama masa pandemi COVID-19, kami memiliki misi khusus untuk membantu penyandang diabetes agar hidup lebih sehat sehingga terhindar dari infeksi COVID-19. Kondisi pandemi ini mengharuskan penyandang diabetes lebih waspada dan berhati-hati untuk menjaga gula darahnya dengan disiplin menerapkan empat pilar manajemen diabetes,” papar Tunghadi Indra.